Kamis, 21 November 2013

Topeng | Cerpen (DH)

(nama kamu), gadis manis nan imut ini sedang mengikuti jam pagi-nya. Padahaldia sama sekali tidak menyukai dosen yang mengajar. Matanya sibuk memperhatikanjarinya yang menggoreskan pensil disebuah kertas kosong. Tangan kirinya, diagunakan untuk menopang dagunya.

PLUKK.. Sebuah kertas berbentuk bola melayang bebas di udara dan langsung jatuhdibelakang sang dosen yang sedang menulis di whiteboard. Sang dosen melihat kebelakang. Diambilnya kertas itu dan membukanya dengan wajah tanpa ekspresi.

"Siapa yang melempar kertas ini?" tanyanya lalu menatap satu per satumuridnya. Seorang pemuda yang duduk tak jauh dari (nama kamu) mengangkat tangandengan beraninya.

"Kamu yang melempar kertas ini, Bisma?". Bisma mengangguk pelan. Takada rasa takut sedikitpun dihati Bisma.

"Itupun yang nyuruh dia, Pak!" kata Bisma sambil menunjuk (namakamu).

(nama kamu) tersentak kaget. Dilepasnya pensil yang sedari tadi dia gunakanuntuk menggambar. Tatapannya beralih menuju Bisma. "Bukan, Pak! Saya nggakpernah nyuruh Bisma buat ngelempar kertas itu. Orang dari tadi saya dengerinpenjelasan bapak"

"Saya tidak mau tau. Siapa yang berani membuat ribut pada saat pelajaransaya, maka dia harus di hukum. Dan buat kalian berdua, keluar sampai jam matapelajaran saya selesai."

"Tapi pak, saya kan nggak salah. Masak saya ikut keluar juga?" protes(nama kamu). Sedangkan Bisma dengan santai nya keluar kelas. Tak ada respondari sang dosen. Dengan sangat amat terpaksa, (nama kamu) pun mengikuti Bisma.

Sesampainya diluar, terlihat Bisma berjalan menuju kantin tanpa ada bebansedikitpun. Telapak tangannya pun dia masukkan ke dalam saku jaketnya.

"Mau loe itu apa sih? Selalu aja cari masalah sama gue." tanya (namakamu) sambil mensejajari langkah Bisma.

"Keluar kelas"

"Cuma itu doang? Kenapa harus bawa-bawa nama gue segala? Kalau cuma maukeluar kan gampang, tinggal ijin ke toilet atau apa gitu"

"Bukannya loe juga nggak suka sama dosen itu ya? Ngapain juga protes?Harusnya loe itu terimakasih sama gue karna udah bebasin loe dari dosentadi"

"Gue emang gak suka sama dosen itu. Tapi gue bukan loe. Gue masihngehargain tuh dosen. Nggak kayak loe, diterangin malah pakai handset, gilirandisuruh keluar bukannya protes atau apa malah main nyelonong"

Mereka sama-sama menghentikan langkah masing-masing. "What Ever!"kata Bisma kemudian melajukan kakinya kembali.

"Ihh... Bisma nyebelin~ " teriak (nama kamu) sambilmenghentak-hentakkan kakinya. Tiba-tiba ponsel disaku-nya bergetar.

Dilihatnya layar ponsel itu sebentar. Pandangannya juga mengarahkesekelilingnya. "Datang nggak ya? Kalau iya, berarti gue harus naiktaksi. Kalau nggak, gue ngapain di sini? Ikut Bisma? No! No! No!
Yaudahlah gue datang aja" kata (nama kamu) pelan lalu memasukkanponsel-nya kembali.

***
Sepulang dari kampus, Bisma memutuskan untuk pergi ketempat yang belum pernahdia kunjungi. Tempat dimana banyak anak-anak muda yang bergerak sesuai denganirama musik yang diputar.

Bisma memicingkan matanya. Rasa penasarannya muncul ketika melihat seoranggadis memakai topeng sedang menunjukkan aksinya dalam streetdance tersebut.

"Kayak pernah lihat orangnya, tapi dimana ya? Postur tubuhnya juga nggakasing." batin Bisma. Kemudian Bisma mendekati segerombolan anak-anak itu.Ternyata dari segerombolan anak-anak itu, ada seseorang yang mengenal Bisma.

"Bisma Karisma. It's you? Apa kabar?" tanya orang itu, sebut sajaReza. Bisma nampak terdiam. "Loe lupa sama gue? Gue Reza. Temen dance diWanna Be. Wah.. Parah loe, mentang-mentang sudah jadi BBoy, terus lupaingue"

Bisma tertawa kecil. "Sorry! Sorry! Maklum udah setahun nggak nge-dance diWanna Be lagi. Ohya, loe udah lama gabung distreetdance kayak gini?"

"Lumayan lah, kurang lebih 10bulan."

"Berarti loe tau dong, siapa cewek yang lagi nge-dance itu? Kenapa diapakai topeng?"

"Tau. Tapi sorry, bukannya gue nggak mau kasih tau loe. Tapi dia mintabuat ngerahasiain identitasnya. Kalau loe mau tau, tanya aja langsung samaorang nya"

"Nggak asyik loe. Gue aja belum kenal dia, masak tiba-tiba nanya siapadia."

"Ya kenalan dong."

"Caranya?"

"Emm... Gimana kalau loe ajak battle aja. Dia sebenarnya juga BGirl. Tapisayang, kemampuan breakdance-nya cuma dia pake kadang-kadang. Selebihnya cumahip hop."

Bisma mengangguk, "Okey". Kemudian Bisma berjalan ke area dance.Gadis itu menghentikan aksi dance-nya. Dia sudah tau bahwa Bisma akanmenantangnya battle dance.

"Gue nantang loe cuma dibidang breakdance, bukan yang lain. Okeygirl?"

"Okey. Siapa takut."

Musik yang tadinya tidak terlalu nge-beat. Kini berubah menjadi lebih beat.Gadis itu mulai menunjukkan aksinya. Mulai dari Toprocks, power move, bahkanheadspin dan diakhiri dengan sebuah freeze.


Bisma berdecak kagum melihatnya. Karena baginya, jarangsekali ada perempuan yang bisa melakukan gerakan yang bisa dikatakan sulit bilayang melakukannya adalah perempuan.

Setelah lawannya selesai menunjukkan kebolehan. Kini giliran Bisma yangmenunjukkan kebolehannya. Disela Bisma dance, sebenarnya rasa penasaran itumasih ada. Dorongan itulah yang membuat Bisma mendekati gadis itu, namun masihtetap dengan gaya dance-nya, lalu membuka paksa topeng itu.

Clingg... Sayang sekali, karna tiba-tiba lampu diatas disamping mereka menyala.Cahaya memang cukup menyilaukan. Hal itu tidak disia-sia kan oleh gadistersebut. Ia langsung berlari keluar area dan membiarkan Bisma yang masihberdiri disana dengan memegang topengnya.

Tentu saja, hal itu membuat kesal Bisma. Sedikit lagi rasa penasarannya akanterjawab. Tapi sayang, dia masih harus menyimpan rasa penasarannya itu.

***
Hari telah berlalu. Sore ini Bisma kembali mengunjungi tempat streetdance.Tujuannya hanya ingin menemui gadis yang kemarin. Kepala nya bergerak kekanan-kiri untuk mencari gadis tersebut. Tapi tak kunjung ia temukan.

Drrtt... Drtt.. Drrtt... Sebuah getaran memecah konsentrasinya. Awalnya Bismamengira itu hanya sebuah pesan masuk. Tapi perkiraannya itu mungkin meleset,karena getaran itu tak kunjung berhenti. Atau memang banyak pesan yang masuk keponselnya?

Dengan kesal Bisma mengambil ponselnya. Dan benar saja, sebuah panggilanmasuklah yang dari tadi mengganggunya. "Hallo. Kenapa, Raf?" tanyaBisma sambil menempelkan ponsel ditelinga kanannya.

"Bis, loe mau ikutan pesta nggak? Di Bar Om gue lagi ada pesta, ada DJcewek juga."

"Tumben Om loe ngundang DJ cewek? Okelah, gue on the way kesana."

PIP. Bisma menekan tombol merah di ponselnya. Dan sekali lagi, Bisma harusmemendam penasarannya kembali.

Bisma mengendarai motor FU-nya dengan kecepatan kencang. Jika dilihat darijauh, mungkin saja orang-orang mengira bahwa Bisma adalah seorang pembalap.

***
Sesampainya ditempat tujuan, Bisma memarkirkan motornya. Kemudian berlari kecilmemasuki tempat itu. Ternyata sudah banyak orang mendatangi tempat itu, padahalhari belum terlalu gelap.

Bisma sangat kesusahan mencari Rafael. Walaupun di luar masih lumayang terang,tetapi didalam bar suasana menjadi gelap ditambah dengan dentuman musik yangmenggebu-gebu.

"Rafael mana yah?" gumamnya sambil menggaruk-garuk tengkuk lehernya.

"Woy! Nyariin gue pasti?" ucap seseorang dibelakang Bisma sesaatsetelah menepuk punggung Bisma. Siapa lagi kalau bukan Rafael.

Bisma sempat kaget, "Nah itu loe tau. Mana DJ cewek yang loe maksud?"

"Baru nyampe juga udah nanyain tuh DJ. Haha..
Noh, orangnya lagi nge-DJ" jawab Rafael sambil menunjuk orang tersebut.

Mata Bisma menjadi melotot ketika melihat gadis yang di tunjuk Rafael."Dia orangnya?" heran Bisma. Rafael mengangguk.

Bisma semakin dibuat penasaran. Bagaimana tidak? Kalau gadis yang di maksudRafael adalah gadis yang sama seperti yang dia ajak battle kemarin. Bahkantopengnya pun juga sama. Padahal topeng yang kemarin masih berada ditanganBisma.

"Kenapa dia pakai topeng? Emangnya ini pesta topeng apa?"

Rafael mengangkat kedua bahunya. "Entahlah, katanya dia nggak mauidentitasnya dikenali banyak orang. Biarin lah, mendingan kita have fun. Ataujangan-jangan loe tertarik sama gadis itu?"

"Kalau iya kenapa? Gue pengen kesana trus buka topeng-nya. Penasaranbanget gue"

"Et.. Et.." Rafael mencekal tangan Bisma yang hendak menghampirigadis itu. "Sabar bro~ Jangan sekarang! Ntar aja kalau dia udah selesaingerjain tugasnya. Kalau sampai kacau, gue yang bakal kena omel sama Om gue"

"Hufft.. Baiklah" untuk yang ketiga kalinya Bisma harus menahan rasapenasarannya. Keduanya langsung duduk disalah satu sofa yang tak jauh dari sangDJ. Sedari tadi mata Bisma hanya mengamati DJ yang sedang asyik memutartombol-tombol didepannya sambil tangan kirinya memegang handset yang senantiasamenutupi telinganya.

Bosan. Sudah pasti. Sebenarnya Bisma jarang ketempat seperti itu. Dia hanyadatang ketika stress melanda. Tapi kali ini, dia tidak sedang dalam kondisistress, jadi dia tidak menikmati suasana di Bar. Bahkan sesekali matanyaterpejam. Padahal musik berbunyi sangat keras disekelilingnya.

"Yee.. Ini anak malah tidur. Perasaan tempatnya ramai banget deh.."gumam Rafael yang baru saja kembali dari toilet.

"Bangun! Bangun Woy!" teriak Rafael sambil menepuk-nepuk kedua pipiBisma. Bisma terbangun dengan keadaan bingung.

"Loh, Raf? Kok DJ-nya udah ganti? DJ yang tadi mana?" tanya Bismabertubi-tubi.

"Baru aja keluar"

"Aelah.. Kenapa nggak kasih tau gue?" protes Bisma lalu beranjak darisofa tersebut dan berlari menuju pintu keluar. Sedangkan kini giliran Rafaelyang nampak kebingungan dengan tingkah laku Bisma.
Bisma berlari menuju pintu keluar. Matanya mengedar kesekelilingnya ketika sudah sampai diluar. Namun, seketika pandangannya beralihpada seorang perempuan yang sedang berjalan menuju mobil (maybe) miliknya. Ditangan perempuan itu ada sebuah topeng yang sama dengan yang ada dibenak Bisma.

Langsung saja Bisma menghampiri perempuan itu dan menepuk pelan bahunya.Perempuan itu berbalik menatap Bisma. "(nama kamu)" pekik Bisma.

"Loe ngapain jam segini disini? Dan kenapa topeng itu ada di Loe?"tanya Bisma to the point.

(nama kamu) tampak sedang berfikir. Dia tak mungkin mengatakan yang sebenarnyapada Bisma.

"Emm... Gue disini... Gue disini ngapain ya? Sorry, Bis, gue buru-buru.Bye!". (nama kamu) tak ingin Bisma mengetahui semuanya, alhasil (namakamu) pun mengalihkan pembicaraan agar dapat terhindar dari Bisma.

Bisma hanya terdiam dengan kedua tangan yang berkacak pinggang menatap punggung(nama kamu) yang semakin menjauh. Seolah-olah lupa dengan tujuan awalnyamenghampiri (nama kamu).

"Astaga!" Bisma menepuk keningnya. "Gue kan mau nanya dia,kenapa gue biarin pergi! Argh.. Pasti dia udah pulang" gerutu Bisma sambilmenendang kerikil di depannya.

***
Pagi ini (nama kamu) merasa matanya sedang tidak bisa diajak kompromi. Sedaritadi kelopak matanya selalu ingin turun. Seolah tak membiarkan pemiliknya untukmengikuti pelajaran dengan sempurna. Sesekali kepala (nama kamu) menundukperlahan ketika kantuk melanda. Kemudian (nama kamu) mengangkat kembalikepalanya sambil memperhatikan dosen yang tengah mengajar. Dan itu secaraberulang-ulang. Sampai akhirnya dia tertidur ketika dosen sedang menjelaskan.

Sang dosen yang melihat (nama kamu), berjalan menghampirinya dan berdiri tepatdisampingnya.

"(nama kamu)" panggil sang dosen. Tak ada respon. Bahkan ketika sangdosen mengulangi kembali ucapannya, tak ada lagi respon yang dia dapat.

Karena kesal, sang dosen menepuk punggung (nama kamu) sampai terbangun.

(nama kamu) menatap sekelilingnya. Hampir semua teman-temannyamemperhatikannya. Dilihatnya juga sang dosen tengah bersedap disampingnya.

"Maaf, Buk!" katanya pelan.

"Kenapa tidur dikelas, (nama kamu)? Memangnya tadi malam kurang puastidurnya?"

"Dia nggak tidur, Buk! Orang jam 01.00 aja masih di-BAR" Sahut Bismasambil memutar-mutar bolpoin-nya dan menekan kata di akhir kalimatnya.

"Di Bar? Kamu ngapain disana (nama kamu)?"

"Paling habis dugem, Buk. Atau nemenin Om-Om kali." sahut Bisma(lagi). Bahkan dia tidak memberi kesempatan pada (nama kamu) untuk menjawabpertanyaan sang dosen.

"Nggak, Buk! Bisma fitnah. Saya gak pernah seperti itu" protes (namakamu).

"Bohong, Buk! Tadi malam sehabis saya pulang dari rumah temen, saya lihatdia di depan Bar kok, Buk!"

"Halah! Ngaku aja" ucap Bisma dengan gaya santainya. Sepertinya anakini memang suka sekali membuat darah (nama kamu) naik sampai puncak tertinggi.

"Loe sebenernya ada masalah apa sih sama gue? Selalu aja loe fitnah gue.Nuduh gue yang gue gak lakuin sama sekali. Kalau loe benci gue bilang aja.Jangan kayak gini caranya. BANCI tau nggak!" amarah (nama kamu) kepadaBisma. Matanya melirik sinis kearah Bisma. Sedangkan Bisma, hanya terlihat biasa-biasasaja.

"Ibu nggak tau masalah kalian. Lebih baik selesaikan masalah kaliansetelah pelajaran ini. Dan buat kamu (nama kamu), lebih baik cuci muka agartidak mengantuk lagi" lerai sang dosen.

"Nggak, Buk. Saya udah nggak ngantuk, gara-gara CURUT itu"

Bisma melirik sekilas ke arah (nama kamu). Tak ada penyesalan sedikitpundiwajahnya.

***
Setelah pelajaran usai, (nama kamu) langsung meninggalkan ruang kelas. Bahkan,Reina, sahabatnya, sampai kebingungan mencari nya.

"Gue cari-cari ternyata loe disini?" tanya Reina ketika melihat (namakamu) sedang duduk sendirian di tangga. Didepan tangga tersebut terhampar danauluas yang tenang. Tempat itu juga sedikit sepi. Sehingga cocok untuk merenungatau menyendiri.

Reina duduk disamping (nama kamu). Dilihatnya (nama kamu) sedang menangis."Loe kenapa? Cerita sama gue"

"Kenapa sih.. Hiks.. Bisma itu selalu cari masalah sama gue.. Hiks..Kemarin dia buat gue nggak bisa ikut pelajaran Tn.George, sekarang dia bilangyang gak bener. Belum lagi kejadian-kejadian sebelumnya. Hiks.. Hiks... Guesalah apa sama dia?"

Reina terdiam. Jujur, dia juga tidak tau kenapa Bisma melakukan hal itu pada(nama kamu).

"Dia nggak tau masalah gue. Hiks.. Hiks.. Sekarang gue harus gimana?"

"(nama kamu), sebenarnya gue juga nggak tau kenapa Bisma kayak gitu. Tapi,emangnya loe bener tadi malam ke Bar?". (nama kamu) mengangguk.

"Ngapain?"

"Loe kan tau sendiri, dari SMA gue suka mencoba sesuatu hal yang baru danmenurut gue mengasyikan. Itu juga karna gue nggak mau mengulang kejadian waktuSMP. Saat itu, temen-temen sekelas nggak ada yang peduli sama gue. Maka sejakitu gue cari kesibukan, supaya gue gak ngerasa sendiri. Tapi di SMA, gue ketemuloe. Orang yang selama ini mengerti gue. Gue seneng. Tapi gue juga nggak bisa ninggalindunia gue.
Gue pakai topeng juga biar nggak ketahuan sama orang tua gue. Mereka selalusibuk. Tapi ketika denger tentang gue yang nggak-nggak, seakan-akan merekanggak nyadar kalau mereka juga menjadi alasan gue seperti itu.
Kemarin ada orang nawarin gue jadi DJ. Wow! Itu hal baru. Yaudah gue ambil.Ehh.. Waktu pulang Bisma nyamperin gue"

"Ngapain nyamperin loe?"

"Entahlah. Tapi gue di sana nggak ngapa-ngapain. Gue cuma DJ doang, habisitu pulang."

"Hahaha.. Iya gue percaya kok. Kesannya gue kayak Bisma aja. Kita kansahabatan udah lama. So, gue juga udah tau gimana sifat loe"

Tiba-tiba Bisma berdiri dihadapan mereka sambil memegang sebatang coklat.Mungkin dibenak (nama kamu) sudah membatin, kenapa Bisma selalu ada dimanapundia berada.

"Mau ngapain loe?" tanya (nama kamu) dengan ketus.

"Maaf!"

"Ngapain minta maaf? Tumben. Loe habis kejedot pintu dimana?"

Reina hanya dapat melihat kearah dua orang yang berbeda di hadapannya itu."Emm... Gue pergi dulu ya? Kalian selesaiin dulu masalah kalian berduabaik-baik. Jangan berantem mulu. Daa..."

"Rei, nggak asyik loe!" kesal (nama kamu).

(nama kamu) hendak beranjak meninggalkan tempat tersebut. Tapi, sebuah tanganmencekal pergelangannya.

"Mau apa lagi sih?"

"Maafin gue!"

"Ngapain minta maaf? Kemarin-kemarin kemana?"

"Okey. Gue tau kalau gue salah. Gue minta maaf!"

"Paku kalau ditancepin ke kayu terus dicabut, masih ada bekasnya. Samakayak sakit di hati gue. Emangnya kalau loe minta maaf, sakit dihati gue bisahilang? Nggak kan? So, percuma tau nggak." kata (nama kamu) lalumenghempaskan tangan Bisma.

Belum sempat (nama kamu) sampai ditangga paling atas, Bisma berteriak,"OKEY. Gue tau kalau gue SALAH. Bahkan gue nggak bisa ngehapus LUKA dihati loe. GUE NGGAK TAU HARUS DENGAN CARA APA NGEHAPUS LUKA ITU. ATAU MUNGKINDENGAN CARA GUE NYEBUR KE DANAU INI?"

(nama kamu) menghentikan langkahnya. Kemudian berbalik. Matanya membola ketikamelihat Bisma berjalan menuju pagar yang membatasi daratan dan danau. Sesegeramungkin dia berlari.

"HEH! Loe gila ya? Turun nggak?" kata (nama kamu) sambil menariktangan Bisma. Apa daya tenaganya tak sekuat Bisma.

"BISMA, GUE BILANG TURUN!" teriak (nama kamu) karena Bisma tidaksegera turun.

"Buat apa gue turun, kalau loe nggak maafin gue?" tanya Bisma dingin.Rambutnya berlari kesana kemari terkena angin.

"Iya, iya, gue maafin. Sekarang loe turun!"

"Nggak. Loe maafinnya nggak ikhlas"

"Gue ikhlas, Bismaaa.."

"Bohong!"

(nama kamu) meniup pelan poninya. "Terserah kalau loe nggak percaya samague. Gue itu nggak benci sama loe. Cuman gue nggak suka sama sikap loe. Guesalah apa coba?"

"Cium dulu, baru mau turun"

"Heh? Loe tu gila ya. Emang loe siapanya gue?"

Bisma menuruni pagar dengan muka kesal. "Loe itu kenapa sih, (nama kamu)..Nggak PEKA sama gue"

(nama kamu) nampak bingung. Sebenarnya, Bisma ini kenapa?
Kemudian dia mengetahui apa yang Bisma maksud. "Gimana gue mau peka? Caraloe aneh tau nggak.. Biasanya orang suka itu kasih perhatian. Nah loe?"

"Kasih perhatian udah biasa kali. Gue suka-nya emang yang aneh-aneh kok.So, sekarang loe tau kan kalau gue suka sama loe. Loe suka nggak samague?"

"Loe itu bener-bener orang aneh yang gue temuin. Kemarin loe bikin guekesal. Sekarang loe bikin gue bingung"

"Bingung kenapa coba? Tinggal bilang YA atau TIDAK, tapi nggak ada pilihatBISA JADI loh ya"

"Beri gue waktu.."

"Okey! Gue beri loe waktu 2 hari 3 jam dari sekarang."

"Tuh kan! Dasar emang loe-nya yang aneh. Biasanya orang ngasih waktu ituyang genap. Kalau loe mah kenapa nanggung gitu?"

"Suka-suka. Wle~
Udah masuk nih. Mending masuk yuk, Ay!" ucap Bisma kemudian merangkul bahu(nama kamu).

"Ay? Apa'an? Nama gue (nama kamu) bukan Ay" protes (nama kamu) sambilmencoba melepaskan rangkulan Bisma. Tapi, itu semua nihil. Yang ada malahrambut (nama kamu) jadi berantakan. Alhasil, mereka berjalan seperti layaknyaorang pacaran.

END

My Ribs

"Zal, kamu mau kemana?" tanya Dina saat melihat Rizal, kekasihnya,hendak pergi.

Namun Rizal tak menjawab. Kini fikiran Dina tertuju pada sebuah tas berukuransedang yang dibawa Rizal. "Jangan bilang kalau kamu mau balapan liar?"tebak Dina sambil menghalangi langkah Rizal.

"Kalau iya, emang kenapa? Udah deh, gak usah ngatur-ngatur gue. Baru jugajadi pacar udah berani ngelarang gue. Gimana kalau udah jadi istri? Hah?"

"Bukan gitu. Balapan liar itu bahaya. Kalau tiba-tiba ada polisi lewatgimana? Atau kamu jatuh gimana?"

"Oh, jadi loe ngedoain gue supaya ditangkap polisi atau jatuh trus masukrumah sakit dan gak selamat. Gitu?" gertak Rizal sambil mencengkram keduapipi Dina dengan telapak tangannya. "Terus loe bisa balik sama Bisma?Sorry ya, gue nggak akan biarin hal itu terjadi. Karena, gue ngrebut loe dariBisma aja susah. Jadi, loe gak akan gue biarin dengan mudahnya kembali samaBisma. Ngerti nggak?" lanjutnya. Dina mengangguk dan memejamkan matanya.

"Satu lagi, gue nggak suka diatur ataupun di larang. Ini kehidupan gue!Ngerti nggak?" ucap Rizal, kemudian bergegas meninggalkan Dina.

"Kamu bilang cinta, tapi selalu nyiksa. Aku capek, Zal. Aku udah cobarelain Bisma. Tapi ini yang aku dapat. Hiks... Tuhan, tolong aku!" batinDina.

Mungkin masih pada bingung, kenapa Rizal kasar dengan Dina?
Jadi, Rizal ini sangat mencintai Dina. Tapi sayangnya, Dina lebih mencintaiBisma, sepupu nya sendiri. Suatu ketika, Rizal meminta adu balap dengan Bisma.Taruhannya adalah Dina. Dina merasa dijebak, karena waktu itu ban mobil yangBisma kendarai meletus saat balapan. Alhasil, Bisma pun kalah.

Berselang setelah kejadian itu, Rizal menyekap Dina dirumahnya. Dengan alasankepada orang tuanya, bahwa Dina adalah temannya yang ingin menginap dirumahnya.

Orang tua Rizal memang sangat sibuk. Sering keluar kota. Jadi, tidak ada yangtau tentang kebiasaan Rizal yang suka balap liar. Sedangkan orang tua Dinasedang berada di Bandung.

_o0o_
Back to story...
Pagi ini Dina telah selesai menyiapkan makan pagi untuk Rizal. Tak ada pembantudirumah itu, jika orang tua Rizal diluar negeri.

Ceklek..
Dina membuka pintu kamar Rizal. Tetapi tak dilihatnya batang hidung Rizal."Apa Rizal nggak pulang ya? Terus dia tidur di mana?" batin Dina bertanya-tanya.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah Rizal. Dengan segera, Dina membuka nya.Mungkin saja itu adalah Rizal.

"Loh, Bis, Rizal kenapa?" tanya Dina saat melihat beberapa orangmenggotong Rizal, termasuk Bisma.

"Mending kamu buka pintunya lebar-lebar dulu deh Dii, ntar akujelasin". Dina mengangguk lalu membuka kedua pintu yang tadinya baruterbuka satu pintu. Lalu orang-orang tersebut membawa Rizal, masuk danmembaringkannya di sofa.

"Dii, Rizal udah nggak ada." ucap Bisma setelah meletakkan tubuhRizal. Dina membolakan matanya. "Maksud kamu?"

"Tadi malam, Rizal balapan dengan kecepatan tinggi. Gak tau kenapa,tiba-tiba mobil yang dia kendarai nabrak pohon. Sebenarnya gak ada yang tau,karena lokasinya jauh dari start dan belum mendekati finish. Sampai akhirnyalawannya menang. Semua menunggu kehadiran Rizal, tapi sampai satu jam belumjuga muncul. Kita semua cari dia, dan kita nemuin udah dalam keadaan kayakgini. Mungkin kalau bisa lebih cepat nyarinya, Rizal masih bisa tertolong"

"Hiks.. Hiks.." Dina hanya mampu terisak. Walaupun dia tidakmencintai Rizal. Tapi bukan ini yang dia mau.

Rumah Rizal kini menjadi ramai. Banyak orang kesana kemari. Begitu juga denganDina dan Bisma. Tidak ada yang mengabari orang tua Rizal. Karena mereka sedangbertugas di Maluku. Cukup jauh dari Jakarta.

SKIP

"Hiks.. Zal. Aku emang nggak cinta sama kamu. Aku emang pengen balik samaBisma lagi. Tapi bukan gini caranya." batin Dina sambil menaburkan bungadi atas makam Rizal.

"Udah kan? Sekarang kita pulang yuk?" ajak Bisma sambil merangkulpundak Dina.

Plakkk... Tiba-tiba datang seorang ibu paruh baya dan langsung menampar Dina.Untung saja ada Bisma dibelakangnya, jadi Dina tidak terjatuh.

"Dasar perempuan pembawa sial. Sekarang saya sudah tau yang sebenarnya.Kamu kan yang menyuruh anak saya agar mengikuti balap liar. Cuma karna uangtaruhan yang jumlahnya jutaan" amuk ibu paruh baya tersebut yang ternyataadalah ibunda Rizal.

"Tenang, Ma. Jangan gegabah! Belum tentu kabar yang kita dapat itubenar" lerai sang suami.

"Hiks.. Itu semua bohong tante. Dina nggak pernah nyuruh Rizal ngikutinbalap liar. Hiks.. Dina justru ngelarang dia. Tapi Rizalnya tetep kekeuh tante.Hiks.."

"Bohong! Mana ada orang bersalah mau ngaku. Sekarang kamu pergi darihadapan saya. PERGI!"

Dina tak mampu berkata apa-apa lagi. Ia hanya menangis sambil memegangi pipinyayang memerah akibat tamparan tadi.

"Tunggu apa lagi? Pergi!!!". Bisma memandang Dina sambil menganggukuntuk mengisyaratkan ingin mengajak pergi Dina dari tempat itu.

Bisma mengajak Dina kedalam mobilnya. Disana ia memberisebotol air mineral kepada Dina. "Kamu yang sabar ya? Aku yakin kamu nggakseperti yang mereka omongin. Aku bakal bantuin kamu buat buktiin kalau Rizalpergi karna kesalahannya sendiri" ucap Bisma selembut mungkin sambilmengusap kepala Dina.

Setelah dirasa cukup tenang. Bisma mengantarkan Dina pulang kerumahnya yangsebenarnya.

¤ ¤ ¤
Bisma tak langsung pulang kerumahnya. Melainkan ketempat yang tadi malam digunakan Rizal untuk balap liar. Bisma memakai jaket dan kacamata hitamnya.Entah kenapa, hatinya menuntun Bisma agar ketempat tersebut.

"Haha.. Ternyata nyingkirin musuh bos itu nggak sulit juga. Dan nggakperlu susah-susah menghilangkan jejak karna ternyata orang-orang didekatnyajuga bermasalah"

"Bener banget. Siapa suruh main-main sama gue."

"Tapi apa nggak keterlaluan bos? Kayaknya perempuan yang kita fitnah itunggak tau apa-apa tentang masalah ini deh"

"Udahlah. Ngapain loe mikirin dia? Yang penting kan kita selamat. Nggakada yang bakal tau kalau yang nyelakain Rizal itu kita. Haha.."

Klik.. "Siapa bilang nggak ada yang tau?" tanya Bisma lalu membukakacamata hitamnya.

"Beraninya keroyokan. Setelah berbuat, nggak berani bertanggung jawab.Pecundang yang pengecut" kata Bisma sinis sambil memasukkan kedua telapaktangannya di saku jaketnya.

"Apa loe bilang? Mau berurusan sama gue juga loe? Atau mau bernasib samaseperti Rizal? Hah.."

"Selow aja. Gue nggak cari ribut. Ribut aja nggak nyari gue. Ck~
Gue cuma mau kalian ngaku ke orang tuanya Rizal kalau penyebab pergi nya Rizalitu kalian. Atau gue laporin kalian ke polisi"

"Dia belum tau kita bos. Udah hajar aja.."

Kedua pemuda itu langsung menyerang Bisma. Tentu saja, Bisma tidak diam. Iajuga ikut melawan permainan yang kedua orang itu berikan. Bugh.. Sekali tonjok,pemuda itu langsung pingsan. Karena Bisma menonjok tepat di titik saraftertentu.

Tinggal satu lawan. Bisma memutar tangan lawannya ke belakang. Membuat pemudaitu meringis kesakitan. "Masih mau main-main sama gue?" tanya Bismageram.

"Aduh.. Duh.. Ampun..."

"Sekarang loe ikut gue dan ngaku atau gue patahin lengan loe. Setelah itugue masukin loe kepenjara dengan bukti rekaman suara loe dan bos loetadi?" tanya Bisma sambil memperlihatkan hasil rekaman yang sebelumnya iarekam di ponselnya. Cukup cerdik bukan.

"Iya gue bakal ngaku. Tapi loe lepasin dulu gue."

"Gue nggak akan lepasin loe sebelum loe tepatin ucapan loe. Ikutgue!!". Bisma menarik pemuda itu ke mobilnya lalu membawanya ke rumahRizal.

"Loe mau ninggalin bos gue disitu? Sedangkan dia dalam keadaan pingsan.Dimana otak loe!!"

"Diam atau gue tonjok loe biar bernasib sama seperti bos loe itu. Kalianjuga nggak punya otak kan? Dimana otak loe saat mau nyelakain sepupu gue?Dimana otak loe saat mau memfitnah perempuan yang gue sayangi? Nggak ada. Jadi,MENDING LOE DIAM. NGERTI !!!"

¤ ¤ ¤
Tok.. Tok.. Tok..
Bisma mengetuk pintu rumah Rizal. Tak lama ibunda Rizal keluar dengan matasembabnya. "Ada apa Bisma?" tanya nya.

Bisma tidak menjawab. Dia melirik orang disampingnya. Dan menginsyaratkandengan gerakan mata agar orang itu segera berbicara yang sebenarnya dengankeluarga Rizal. Akhirnya dengan gertakan Bisma, orang itu menceritakan yangsebenarnya. Ibunda Rizal hanya membungkam mulutnya. Air matanya kembalimengalir.

Tanpa disadari mereka ternyata sedari tadi ada beberapa polisi dibelakangmereka (read: Bisma dan orang itu). Awalnya mereka hanya ingin bertanya tentangorang yang baru saja mereka temukan setelah menyisir tempat kejadian. Tetapiternyata, tak perlu mereka bertanya, semua jawaban sudah mereka peroleh.Langsung saja, polisi itu memborgol orang yang mereka temukan dan orang yangmengaku tadi.

"Ehh.. Apa-apaan ini?" kaget orang itu. Betapa tambah kagetnya orangitu ketika melihat orang dibelakangnya adalah polisi. Selain itu dia jugamendapat tatapan tajam dari bos-nya yang juga tertangkap.

"Bawa mereka, Pak. Mereka orang jahat. Hiks..." kata ibunda Rizal.

"Baik, Bu. Kami permisi". Beberapa polisi tersebut lalu meninggalkanrumah itu. Ibunda Rizal hanya menangis mendapati kenyataan yang sebenarnya.Melihat hal itu, Bisma mendekati ibunda Rizal yang juga tantenya, lalumemeluknya.

"Udah ya, tante jangan nangis lagi."

"Gimana tante nggak nangis, Bisma. Tadi tante menuduh Dina yangbukan-bukan. Padahal Dina anak baik. Tante bingung, tante ingin minta maaf samaDina, tapi kondisi rumah sedang seperti ini"

Bisma melepaskan pelukannya dan tersenyum sambil memegang kedua bahu tantenya."Tenang! Kan ada Bisma. Bisma yang akan bilangin ke Dina"

"Benar ya? Sekarang mending kamu ke rumah Dina."

"Yaudah, Bisma ke rumah Dina dulu. Bisma pamit. Assalamu'alaikum.."pamit Bisma lalu mencium punggung tangan tantenya.

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati, Bis..". Bisma mengangguk dan langsungberlari menuju mobilnya.

Tak perlu waktu yang lama. Kini Bisma sudah sampai dirumah Dina. Masih terlihatsepi? Pikir Bisma. Bisma memutuskan langsung ke kamar Dina. Terlihat Bik Minahtengah mengetuk pintu kamar Dina sambil memanggil nama Dina. "KenapaBik?" tanya Bisma saat sudah sampai di samping Bik Minah.

"Ini Den, tadi waktu non Dina pulang, dia nangis sambil lari-lari kemudianmasuk kamar. Bibi khawatir kalau terjadi apa-apa sama non Dina. Nyonya sudahmemberi amanat buat jaga non Dina."

"Bibi tenang aja. Dina nggak kenapa-kenapa kok. Biar Bisma yang cobatanyain Dina. Mendingan Bibi siapin makanan buat Dina, karna dari tadi pagi diabelum sarapan"

Bik Minah hanya mengangguk. "Baik den. Kalau begitu bibi pamit ke dapur"

Bisma mengangguk sambil tersenyum. Setelah Bik Minah pergi ke dapur, Bismasegera memutar handle pintu kamar Dina. Dilihatnya Dina yang duduk diatas kasursambil memeluk lututnya. Air matanya tak lagi menetes, tetapi isak tangisanmasih terdengar.

Bisma menghampiri Dina dan duduk di depannya sambil membenarkan poni Dina."Kenapa? Hmm.."

Tak ada jawaban dari Dina. Dina menatap Bisma. Entah mengapa air mata itu jatuhkembali. Kemudian Dina berhambur memeluk Bisma. Untung saja Bisma dapat menahantubuhnya, kalau tidak mungkin ia sudah terjengkang ke belakang karna kaget saatDina tiba-tiba memeluknya.

Bisma memahami perasaan Dina saat ini. Dibiarkannya gadis itu mendekapnya erat.Seolah-olah tak membolehkan Bisma pergi darinya.

Setelah cukup lama berpelukan. Dina kembali keposisinya semula. Kedua tangannyasibuk mengelap sisa-sisa air matanya. "Maaf ya, baju kamu jadi basah"

"Gpp. Udah enakan belum?". Dina mengangguk pelan. "Ungkapinsemua yang ada dihati kamu sama aku. Kenapa nangis?" lanjutnya.

Dina menarik nafas panjang. "Sebenarnya aku seneng bisa terlepas dariRizal. Bisa bebas kayak dulu lagi. Bisa ketemu kamu. Tapi bukan kayak gini yangaku mau.." Dina menghentikan sejenak ucapannya untuk menahan agar airmatanya tidak mengalir lagi.

Cukup lama Dina terdiam. Bisma menggenggam kedua tangan Dina. "Nangis ajakalau emang air mata nggak mau di ajak kompromi. Tapi janji sama aku, kalausetelah aku bicara sesuatu nanti, kamu nggak boleh nangis lagi"

Dan, benar saja. Air mata Dina kembali mengalir. "Hiks... Aku nggak maudifitnah Bisma.. Hiks.. Mereka nggak tau sebenarnya. Hiks.. Hiks.."

"Malam itu aku udah larang, hiks.. tapi dia yang nggak mau dengerin ucapanaku.."

"Iya. Aku tau kok kamu udah berusaha larang tapi emang dasar dia-nya aja yangnggak mau dilarang. Tau nggak? Tante Eva (ibunda Rizal) udah maafin kamu."

Dina menatap Bisma dengan pandangan seolah-olah tidak percaya. "Janganbohong cuma karna pengen buat hati aku seneng, Bis"

"Siapa yang bohong? Aku bilang faktanya kok. Tadi sehabis pulang nganterinkamu, aku sengaja ke tempat buat balapan. Dan kamu tau? Disana aku dapat buktisekaligus dalang yang sebenarnya.
Terus aku bawa aja ke rumah Tante Eva biar ngakuin kesalahannya. Dan ternyatadisana ada segerombolan polisi juga."

"Ini serius kan?"

"Emang muka aku tampang pembohong ya? Atau perlu aku cium dulu biarpercaya.."

"Nggak!!" sergah Dina. "Aku percaya. Jadi nggak perlu cium"

"Mudah banget percaya, jangan percaya dong! Aku cium dulu, baru percayagitu.."

"Dasar, Modus!!" Dina melempar bantar kecil ke muka Bisma. Kemudiandia menyilangkan kakinya. "Tapi, makasih ya, Bis? Udah bantuin aku buatbuktiin yang sebenarnya. Padahal aku nggak minta loh."

"Ama-ama Ninot~
Hadiahnya mana?"

"Hadiah apa?"

"Apa kek gitu, cium mungkin. Atau peluk. Atau apa gitu"

"Ohh.. Jadi ceritanya nggak ikhlas? A..." belum sempat Dinameneruskan ucapannya, Bisma sudah terlebih dahulu memotongnya.

"Kang anen"

"Ish~ aku bukan mau ngomong itu.. Aku mau ngomong kalau aku kan nggaknyuruh kamu.. Kok jadi Akang anen"

"Aku juga kangen. Haha.. Iya iya. Akang bantuinnya ikhlas kok. Kan buatNeng geulis, apa sih yang nggak?"

"He? Sekarang kenapa jadi Akang-Neng?"

"Kan biar lebih romantis gitu. Tapi bukan rokok makan gratis. Kalau kataakang biar lebih mswehmsweh.."

"Haha.. Ini mah udah hasmwehmweh~"

Bisma memperhatikan Dina yang sedang tertawa. Kemudian dia kembali memegangkedua tangan Dina. "Neng, percaya nggak kalau tulang rusuk itu nggak akanpernah tertukar. Cuma kadang sering dislokasi?"

Dina mengangguk. "Kayak kita sekarang. Mungkin kemarin kamu udah mulaijatuh cinta sama Rizal. Tapi aku yakin kamu masih menyimpan nama aku dihatikamu yang terdalam. Lima tahun berteman itu waktu yang lama. Aku yakinseyakin-yakinnya kalau kamu sulit lupain aku." lanjut Bisma sambil menatapteduh mata Dina.

"PeDe" jawab Dina sedikit bercanda.

"Akang serius Neng. Karna Akang juga ngerasain itu."

"Iya, iya. Neng juga masih sayang sama Akang. Bahkan masih cinta. Walaupunkemarin hampir jatuh cinta sama Rizal, tapi nyatanya Neng nggak bisa buangperasaan Neng buat Akang. Udah ahh.. Jangan mellow-mellow lagi, katanya nggakboleh nangis lagi?"

Bisma tersenyum memamerkan giginya. Lalu kedua tangannya terulur untuk memelukDina.
"Maaf. Jadi sekarang kita balikan?" tanya Bisma.

"Maunya gimana?" tanya balik yang masih dalam dekapan Bisma.

"Hmm.. Maunya pacaran lagi terus nikah, punya anak kembar deh.."

Dina memukul pelan dada Bisma. "Nggak kejauhan kang?.. Mending jalanin ajadulu."

"Nggak dong. Haha..
Makasih Neng, udah mau nerima Akang lagi."

"Sama-sama."
Spontan Bisma mencium kening Bisma. "Sekarang makan yuk? Dari pagi belumsarapan kan?"

Dina mengangguk. "Tapi nanti beliin I-phone yak? Haha" goda Dinadengan nada manja. Sebenarnya hanya bercanda.

"Iya. Nanti dibeliin setoko-tokonya.." Balas Bisma yang menganggapucapan Dina beneran. Kemudian Bisma menarik tangan Dina untuk menuju ruangmakan. Disepanjang perjalanan, tangan Bisma tak pernah terlepas dari Dina.Bahkan terkadang merangkul Dina.

END

 


"A strand of roses"

Katanya cinta itu indah, tapi kenapa ada yang tersakiti?
Katanya cinta itu sakit, tapi kenapa ada yang bahagia?
So, What's reall meaning of love?

_ o _
Dua tahun sudah Dicky ditinggalkan Keyra. Keyra meninggalkan Dicky karna inginmelanjutkan kuliahnya diluar negeri sekaligus menemani saudaranya yang terkenasakit parah. Sebulan yang lalu Dicky menerima sebuah packet berisikan setangkaimawar merah yang mahkotanya banyak. Memperlihatkan keindahan bunga itu yangsebenarnya.

[] Flashback On []

Hari ini tak jauh berbeda dari hari-hari sebelumnya. Setelah merasa rapi denganpenampilannya, perutnya pun sudah terisi selapis roti tawar, Dicky langsungmenuju kampusnya.

Namun, sesaat setelah membuka pintu utama rumahnya. Dicky mendapati sebuahpacket panjang dengan pita merah ditengahnya.

Dengan rasa penasaran, Dicky mengambilnya kemudian duduk dikursi yang tersediadiemperan rumahnya untuk membuka bingkisan tersebut.

"Mawar merah" gumamnya sambil memegang isi packet tadi. Lalu Dickymengambil secarik kertas berwarna merah muda yang terselip didalamnya.

'Dear Dicky, My bala-bala :*

Hello sayang, apa kabar? Kuharap baik-baik saja :)
Maaf ya, beberapa bulan belakangan aku jarang kasih kabar kamu, soalnya lagibikin skripsi. Bagaimana dengan hatimu? Masih terisi namaku atau jangan-jangansudah ada yang berhasil menggantikan posisiku?
Jawabannya aku tunggu sebulan lagi, sebulan dari sekarang, datang kerumah akuya :) aku tunggu..
Satu permintaanku, jaga baik-baik bunga ini. agar tidak layu dan berjatuhanmahkotanya. Okey? I love you :*

Your Love'

Dicky tersenyum-senyum sendiri membaca surat itu. "Permintaan yang unik.Tenang, pasti aku jagain sayang. Muachh" kata Dicky lalu mengecup bungaitu.

Dicky kembali memasuki rumahnya. Ditaruhnya bunga itu tepat disamping tempattidurnya.

[] Flashback Off []

_ o _
Hari ini Dicky hendak mendatangi rumah Keyra, seperti permintaan Keyra sebulanyang lalu. Sebenarnya Dicky sedang bingung, mengapa Keyra memberi danmenyuruhnya untuk memakai pakaian ber-jas.

Dicky berjalan memasuki mobilnya. Dengan cekatan, Dicky memutar stir lingkaranyang selama ini menemani kemanapun ia mau.

Hanya berselang beberapa menit, kini Dicky sudah sampai di depan rumah Keyra.Keningnya mengkerut. Beribu tanda tanya menghampiri benaknya. Kenapa rumahKeyra ramai?

Dicky teringat sesuatu. Ia kembali ke dalam mobilnya dan mengambil sebuahbingkisan persegi panjang tipis. Sebenarnya bingkisan itu sudah lama Dickyterima bersamaan dengan diterimanya baju ber-jas yang sekarang ia pakai.

Kemudian Dicky membuka bingkisan itu. Ohya, memang Keyra menyuruh Dicky untukmembuka bingkisan itu saat Dicky sudah sampai di depan rumah Keyra.

"Apa?" kaget Dicky. Matanya membola ketika melihat bingkisan itu.Fikiran negatif mulai menghampirinya.

"Surat undangan" lirih Dicky melihat isi bingkisan itu yang ternyataadalah sebuah surat undangan. Didepan cover undangan tersebut terpampang gadiscantik seperti Keyra sedang memeluk seorang laki-laki dengan pakaianpernikahan.

Dicky membuka dan membaca surat undangan tersebut dengan cepat. Kemudianmatanya beralih menatap rumah besar didepannya yang kini sudah ramai didatangiorang-orang.

'Pokoknya kamu harus datang. Kalau nggak, aku bakal marah banget sama kamu'.Kata-kata Keyra tadi malam saat ia menelfonnya kembali terngiang-ngiang. Iabingung untuk memilih antara masuk atau tidak, kerumah itu.

Akhirnya Dicky memberanikan masuk. Sesampainya dipintu utama, Dicky langsungbisa melihat dua orang sejoli sedang berdiri diatas pelaminan. Tak jauh daritempat Dicky berdiri, seorang gadis memperhatikannya dengan senyum yangmengembang.

"Ky, loe disuruh kesana" kata seseorang yang ternyata adalah Bisma,sahabatnya. Dicky mengikuti arah telunjuk Bisma yang mengarah ke pelaminan.

"Untuk apa?" tanya Dicky singkat sambil memasukkan kedua telapaktangannya di saku celana.

"Loe nggak mau beri selamat buat...", belum selesai Bisma berbicara,Dicky langsung memotongnya.

"Liat dari sini udah cukup kok". Bisma menoleh kearah Dicky."Loe yakin nggak mau beri selamat sama..."

Dan lagi, ucapan Bisma terpotong. Kali ini bukan Dicky yang memotongnya,melainkan seorang gadis cantik yang berdiri disamping Dicky. "Hey.."sapanya pada Dicky.

Melihat gadis itu sudah menemui Dicky, Bisma langsung meninggalkan merekaberdua.

"Kamu.?" pekik Dicky melihat gadis yang berdiri disampingnya.

"Kenapa? Kok liat aku nya kayak liat setan?"

Dicky melihat ke atas pelaminan, kemudian kembali lagi kearah gadis tersebut."Bu..bukannya i..itu kamu ya?" tanya Dicky sambil menunjuk ke ataspelaminan.

"Hahaha"

"Kok malah ketawa?"

"Jadi kamu kira itu aku?", Dicky mengangguk.

"Kamu salah besar. Itu bukan aku. Aku disini."

"Terus itu siapa, Key?"

"Itu saudara kembar aku yang waktu itu aku temenin berobat diluar negeri. NamanyaKeyla. Emang kamu nggak baca undangan yang aku kasih ya?"

"Baca kok"
"Terus kenapa ngiranya itu aku?", Dicky hanya diam.
"Emm.. Aku tau! Pasti kamu bacanya buru-buru ya?"tebak Keyra

Dicky menjadi salah tingkah. Malu pasti. Ia pun hanya menggaruk-nggaruk tengkuklehernya yang sama sekali tidak gatal.

"Cie.. Kenapa salah tingkah gitu? Takut aku nikah beneran ya?" godaKeyra. Dicky semakin malu.

Keyra tertawa puas. Sebenarnya ia tidak mengerjai Dicky. "Udah dong,jangan ketawa terus. Puas banget liat aku kayak gini" kata Dicky

Kemudian datang dua orah ibu paruh baya, sebut saja Tante Sri (ibunda Dicky)dan Tante Nia (ibunda Keyra). "Loh, Dicky kamu pake blash on nya tebelbanget? Sampai merah gitu pipinya" tanya Tante Sri

"Tau tu tante. Udah mau ngalahin aku. Tapi dia bohong tante, sebenarnyadia malu, karena..." belum selesai Keyra mengadu, Dicky langsung memelukKeyra dan menenggelamkan wajahnya disela-sela rambut Keyra.

"Jangan diceritain, aku malu tauuu" ucap Dicky dengan manja. TanteSri dan Tante Nia hanya tertawa.

"Sebenarnya mama udah tau kok. Cuma iseng aja nanya gitu. Haha.. Yaudahmama sama tante Sri ketamu-tamu yang lain dulu ya" pamit tante Nia. Keyramengangguk.

"Mau sampai kapan meluknya?" ledek Keyra. Dicky melepaskanpelukannya.

"Kamu kok tega banget sih" kata Dicky sambil mencubit pelan keduapipi Keyra.

"Kok aku?"

"Ngapain juga sok misterius? Ditelfon gak diangkat. Disms gak dibalas.Terus ngirim jas, pas datang kesini taunya rame. Kan aku kira kamu yang nikah.Selama kita pacaran juga kan aku belum pernah ketemu sama kembaran kamu"

"Ya maaf deh.
Masalah telfon atau sms aku nggak tau. Beberapa hari ini aku sibuk bantuin mamabuat pernikahan Keyla. Kalau soal kirim jas, itu yang suruh Bisma. Kan kalaukamu kesini pakai baju santai kan nggak lucu.."

Dicky hanya diam. "Mendingan kita samperin Keyla yuk! Kasih selamat. Habisitu aku ajak kamu ke halaman belakang. Mau nggak?" lanjut Keyra. Dickymengangguk.

_ o _
Kini Dicky dan Keyra sedang berada dihalaman belakang rumah Keyra. Lebihtepatnya diGazebo.

"Kok kamu makin cantik sih" Gombal Dicky sambil memperhatikan Keyrayang duduk disampingnya.

Keyra menoleh. "Sekarang jadi pinter gombal ya? Berarti dulu nggak cantikdong"

"Dulu cantik. Sekarang makin cantik."

"Haha.. Dasar gombalisme. Ohya, mawar yang aku kasih mana?"

Dicky nampak bingung. Pasalnya bunga itu sudah layu. Bahkan beberapa helainyasudah membusuk. Dengan ragu Dicky mengeluarkan sehelai mawar yang tersisa daridalam dompetnya.

Dicky memberikan sehelai mawar itu kepada Keyra. Keyra mengambilnya denganwajah yang ia buat sedih.

"Tinggal ini?" tanya Keyra. "Maaf! Bukannya aku nggak bisa jagabunga itu. Tapi memang bunga itu layu dengan sendirinya. Apalagi kamu kasihnyasebulan yang lalu."

"Aku udah jaga sebisa aku. Tapi 3 hari yang lalu, entah kenapa semuahelainya berjatuhan dan layu. Hanya tersisa satu itu. Aku gak mau kecewainkamu. Aku rawat dengan sungguh-sungguh sehelai mawar itu." lanjut Dickysambil menundukkan wajahnya. Keyra tersenyum. Lalu ia menggenggam tangan Dicky.

"Liat aku!" perintah Keyra sambil memutar kepala Dicky menjadimenghadapnya dengan kedua telapak tangannya. "Aku nggak kecewa. Aku nggakmarah. Justru aku senang. Kenapa? Karena kamu jujur. Karena kamu bertanggungjawab. Kamu tau?" lanjut Keyra. Dicky menggeleng.

"Dulu mantan-mantan aku juga aku ngelakuin hal yang sama seperti kamu.Tapi apa? Mereka mengabaikannya. Bahkan mereka meremehkan bunga itu denganmenggantinya dengan yang baru. Tapi kamu nggak.
Ada juga yang membuangnya. Tapi kamu nggak, walaupun tinggal sehelai.
Sekarang aku tau sebesar apa kesungguhan kamu sama aku. I Love You"

Dicky terharu mendengar Keyra tidak kecewa. Matanya berkaca-kaca. Ia tak mampumembalas itu semua dengan kata-kata. Kemudian Dicky menarik Keyra ke dalampelukannya.

"I Love You too.. " balas Dicky.

"Makasih kamu udah setia nungguin aku. Aku sayang sama kamu Dicky"

"Aku juga sayang sama kamu. Sayangggg bangett" balas Dicky sambilmengeratkan pelukannya.

Keyra melepas pelukannya. Dihapusnya air mata Dicky yang sempat mengalir."Jangan nangis. Masak cowok nangis sih. Hehe"

"Kamu juga jangan nangis" balas Dicky. "Ohya, sehelai mawar tadimana?" tanya Dicky.

"Nih! Emang mau buat apa?". Dicky mengambilnya lalu memasukkankembali kedalam dompetnya.

"Mau aku abadiin buat saksi cinta kita" kata Dicky sambil tersenyum.

Keyra membungkam mulutnya. "Aaa.. So sweet"

Mereka sama-sama saling melempar senyum. Dan terakhir, Dicky memberikan kecupanmanis di dahi Keyra.

END

I'm sorry kalau gaje :D
Ada yang bingung sama judulnya? Atau ngerasa gak cocok sama judulnya? Coba dehcari arti judulnya, nanti pasti nyambung sama isinya :))

@RatiRatih_


Dicky <3

Guitar's Girl

Bagaimana rasanyasatah hati? Sakit. Apalagi jika sudah menjalin hubungan berbulan-bulan.
Menangis bukan jalan, karena tangis tidak akan mengembalikannya seperti semula.

Seorang pemuda kini tengah berdiam sendiri di sebuah kursi yang terletak disamping danau. Sebut saja, Dicky Prasetyo. Sebulan yang lalu, Dicky baru putusdengan kekasihnya. Mereka putus karena Diva akan dijodohkan dengan orang lainpilihan orang tuanya.

Setiap sore Dicky selalu mendatangi tempat itu hanya untuk berdiam diri. Entahkenapa, sejak putus dengan Diva, Dicky menjadi pendiam. Tak ada lagi Dicky yangceria, yang bawel, yang jail.

Saat Dicky sedang memutar-mutar hapenya (?), datang seorang gadis cantik sambilmembawa gitarnya. Gadis itu langsung duduk di samping Dicky. Jemarinya mulaimemetik satu per satu senar gitarnya.

Rasakan
Duniaku yang semakin meredup

Yang sirna dalam kegelapan
Hilang dan tak akan kembali

Goreskan
Tinta hitam yang kian
mencengkeram

Bisikan kata yang kau ucapkan
Berbekas dalam ingatan

Reff :
Segala rasa yang telah hilang
Tak akan sirna dalam kesunyian
Lukaku menorehkan kebencian

Setelah menyanyikan sebuah lagu, gadis itu berdiri dan berlalu pergi.Sebelumnya, ia meninggalkan sesuatu disamping Dicky.

Selama gadis itu bernyanyi, Dicky sama sekali tak bergemin. Bahkan untukmenengok saja tidak. Apalagi bertanya?

Dirasanya sudah bosan, Dicky hendak meninggalkan tempat itu. Namun, tak sengajasaat Dicky ingin berdiri, tangannya menyentuh sesuatu. Diliriknya sekilas.

Garis senyuman terlukis dibibirnya. "Yuppy-Keep Smile" ucap Dickysambil mengambil benda itu yang ternyata Yuppy. Permen kesukaannya. Diatasnyaterdapat kertas bertuliskan 'Keep Smile'

Dicky langsung membawanya pulang. Tak ada rasa keingin tahuannya tentangdatangnya sebungkus yuppy itu.

*******
Pagi ini tak ada perubahan sama sekali. Dicky masih tetap pendiam. Fira, sangadik, masih memaklumi hal itu. Padahal sebenarnya ia rindu kejailan kakaknya.

Disekolahnya, tak ada yang berbeda. Jika sedang mengikuti kegiatan belajarmengajar, Dicky seperti siswa kebanyakan. Tetapi jika sudah waktunyaberistirahat, Dicky kembali menjadi Dicky yang pendiam.

"Kapan gue bisa move on" gumam Dicky. Dan lagi, gadis yangmenghampiri Dicky kemarin, menghampiri Dicky kembali.

Kali ini Dicky melihat gadis itu. Namun, tidak membuatnya kepo, karena tempatitu memang tempat umum. Jadi, siapapun boleh kesana.

Tett... Tett... Tett...
Bel pertanda masuk sudah berbunyi. Dicky memutuskan untuk kembali ke kelasnya.Baru saja ingin melangkah, Dicky mendapati boneka kesukaannya.

"Stich. Show must go on" bacanya pada sebuah kertas yang tertempeldiboneka itu. Senyum kecil menghiasi bibirnya.

*******
Seminggu berlalu. Setiap hari Dicky bertemu dengan gadis itu. Dan setiap Dickyingin kembali pulang, Ia selalu mendapatkan sesuatu yang berbeda-beda. Mulaidari makanan, minuman, atau barang-barang kesukaannya. Dan itu semua selalu iabawa pulang.

Perlahan namun pasti, Dicky tak lagi pendiam. Sesekali ia bercanda dengan Fira.Dan itu semua membuat keingin tahuannya tentang 'Mysterious things' dan'Guitar`s Girl' itu muncul.

Sore ini Dicky berniat menanyai gadis itu. Seperti biasanya, Dicky dudukdikursi di samping danau.

Seperti perkiraan Dicky, gadis itu kembali datang dengan gitar yang sama. Dickyburu-buru menunjukkan ekspresi yang sama seperti sebelum-sebelumnya ketikagadis itu mulai bernyanyi.

Tak butuh waktu lama, gadis itu sudah selesai bernyanyi. "Loe maukemana?" tanya Dicky sambil memegang pergelangan tangan gadis itu. Taklupa sebungkus yuppy sudah tersedia di samping Dicky.

"Emm.. Anu.. Itu.. G..gue.." gadis itu mulai panik.

Dicky mengambil yuppy yang ada di sampingnya, lalu menarik tangan gadis ituagar duduk kembali. "Duduk"

"Loe sebenarnya siapa sih? Terus maksud loe apa coba tiap hari ninggalinbarang atau makanan kesukaan gue setelah loe nyanyi, terus pergi?"

"Gue Aira. Tujuan gue supaya loe terhibur. Gue gak mau lihat loe sedihterus. Gue mau loe move on"

"Hh.. Emang sebelumnya kita kenal? Darimana loe tau kalau gue galau?"

Aira mulai berdiri. Digenggamnya gitar kesayangannya dengan kuat. "Guetau, karena gue peduli sama loe. Dan mungkin loe emang udah lupa sama gue kaliya? Ck.. Gue sadar kok, gue ini siapa. Sekian"

Aira langsung berlari. Dicky yang mengetahuinya hanya melihatnya. Tidak adapencegahan. Dicky hanya dapat mencerna kata-kata terakhir yang diucapkan Aira.

"Aira itu siapa ya? Apa temen lama gue? Duh.. Kok gue jadi pelupa ya"

Dilupakan itu lebih menyakitkan daripada perpisahan.

*******
Brakk.. Brukk.. Brakk..
Ketika sampai dirumah, Dicky langsung mengobrak-abrik semua barang-barangmiliknya. Barang kali ada sesuatu yang dapat mengingatkannya tentang Aira.

"Duhh.. Kak Dicky, kenapa semua diberantakin?" dumel Fira. Memang,semenjak Dicky 'galau', Firalah yang selalu merapikan kamar Dicky jika Dickymemberantakannya.

"Kakaklagi cari sesuatu. Mending kamu bantuin kakak deh, Ra" kata Dicky sambiltetap membuka satu per satu laci meja miliknya.

"Cari apa?" tanya Fira menghampiri Dicky

"Sesuatu. Apa kek gitu"

"Sesuatu apa? Kak Dicky kalau minta bantuan itu yang jelas dong"kesal Fira lalu duduk diatas tempat tidur Dicky.

Tak ada sahutan lagi dari Dicky. Dicky sibuk membolak-bolikkan buku albumperpisahan SMP yang ia temukan dilemari khusus buku-bukunya.
Tangannya berhenti ketika mendapati nama Aira. Tapi kenapa mukanya berbeda?

"Kak Dicky.. Tau nggak?" tanya Fira. Dicky langsung menatap Fira."Apa?"

"Kak Aira udah balik ke Indonesia". Alis mata Dicky terangkat.

"Aira cinta pertama kakak?"

"Ya iyalah. Emangnya Kak Aira siapa lagi yang Fira kenal?"

"Tapi kok nggak nemuin kakak?"

"Dih.. Emang kakak siapa? Pengen banget ya ditemuin Kak Aira"

Dicky langsung memanyunkan bibirnya. "Hahaha.. Gak usah manyun-manyungitu. Jelek tau :p siapa bilang kak Aira gak nemuin kakak? Orang tiap malamBBM'an sama aku bilangnya nemuin kak Dicky"

"Nemuin kakak? Kapan?", Fira mengangkat kedua bahunya.

Tiba-tiba BB Fira berbunyi. Fira langsung menatap Dicky setelah membacanya."Kak Dicky buat kak Aira nangis ya?"

"Ha? Buat nangis? Ketemu aja belum"

"Tapi barusan Kak Aira BBM'in aku, katanya 'Sakit ya kalau dilupain.Ternyata kakak kamu nggak inget sama sekali sama kakak' gitu"

Dicky mulai mengingat kejadian yang ia alami hari ini. Apa mungkin Aira yangsetiap hari menghampirinya adalah Aira cinta pertamanya? Pikir Dicky. Airacinta pertamanya memang cantik. Tetapi Aira yang tadi, memiliki wajah yanglebih cantik.

Sesegera Dicky pergi kesebuah tempat. Tempat dimana dulu sering ia kunjungidengan Aira.

"Kak Dicky... Aaa.. Tuh kannn.. Gak diberesin lagi" teriak Fira.

SKIP

Kini Dicky telah sampai disebuah bukit. Pandangannya tertuju kesegala arah.Matanya mendelik, dilihatnya gadis yang pernah mengisi hari-harinya dulu,sedang bernyanyi dengan gitarnya.

Pertama kali bertemu
Ku selalu ingat dirimu
Meski hanya dalam angan
Kau selalu terbayang
Engganku melupakanmu
Karena ku mencintaimu
Meski hanya dalam mimpi
Hiasi tidurku
Hanya dirimu kasih
Buatku bahagia
Meski kau telah berdua
Ku kan menanti
Hadirmu selalu
Membuatku tabah tuk menjalani
semua... derita
Meski kau telah berdua dan
belalu
Namun ku kan berdoa...
selamanya
Untukmu
Senyummu selalu terbayang
Hiasi indah hariku
Meski terkadang
Perih menusuk kalbu
Hanya harap dan doa
Moga engkau bahagia
Lagu ini tercipta
Hanya untukmu... sayang

Prok.. Prok.. Prok..
Aira yang terkejut langsung menoleh ke arah sumber suara itu. "Ngapain loekesini?" tanya Aira

"Suka-suka gue dong. Ini kan tempat umum" jawab Dicky enteng lalu dudukdi samping Aira

"Ya gue tau itu. Terus ngapain loe duduk di samping gue? Kita kenal?"

"Dih.. Jutek amat neng. Loe Aira, mantan cinta pertama gue yang duluputusin gue cuma gara-gara mau ikut orang tuanya pindah ke Bali"

"Loe yakin, Aira yang loe maksud itu gue?"

"Yakin lah"

"Kenapa bisa seyakin itu?"

"Tatap mata gue!" perintah Dicky. Bukannya menatap Dicky, Aira malahmenundukkan wajahnya. "Gue nyuruhnya tatap gue. Bukan nunduk"

Aira sama sekali tak bergeming. Karena kesal, Dicky langsung menarik wajah Airaagar menatapnya. Kini Aira menatap Dicky, tetapi matanya terpejam.

"Buka Mata!", Aira menggeleng. "Gue bilang buka mata" kataDicky sambil meniup mata Aira.

"Buka mata atau gue cium?" ancam Dicky. Dengan perlahan, Aira membukamatanya.

"Loe gak bisa bohongin gue Aira. Tatapan mata loe masih sama kayak dulu.Gue harap hati loe juga masih sama. Maaf kalau gue lupa. Sebenernya gue gaklupa. Mana mungkin gue lupain cinta pertama gue? Tapi loe yang sekarang beda.Loe makin cantik. Gue aja sampai lupa. Lupa dengan wajah loe, bukan kepribadianloe." ucap Dicky dengan lirih

Perlahan Dicky menurunkan tangannya dari wajah Aira. "Ohya, makasih buatlagu yang tiap hari loe nyanyiin buat semangatin gue. Semua pemberianloe." kata Dicky (lagi). Aira mengangguk.

"Loe gak kangen gue ya?" dengan PDnya, Dicky bertanya seperti itu.

"Kangen sih. Pengennya waktu sampai jakarta langsung meluk loe. Ehh..Ternyata loe nya malah depresi karna cinta" ledek Aira

"Haha.. Sekarang udah nggak kok. Masih mau meluk nggak?"

"Emm.. Gimana ya?" goda Aira sambil menopang dagunya danmengetuk-etukkan telunjuknya pada gitar yang ia pangku.

"Udah, tinggal bilang iya aja. Sini peluk aku" ucap Dicky lalumerentangkan tangannya. Kini mereka sudah menggunakan aku-kamu.

"Ihh.. Apadeh. Nih peluk gitar aku aja. Wle~ Dicky habis sembuh jadi lebayya. PD akut lagi. Hii.."

"Ngledek nih. Aku kan maunya peluk kamu", Dicky langsungmenyingkirkan gitar Aira dan memeluk Aira dari samping.

"Aaaa... Dickyyyyy" teriak Aira. Mereka larut dalam candaan. SekarangDicky menyadari bahwa masih banyak yang bisa ia kejar daripada harus berdiamdiri cuma gara-gara putus cinta.

END

Maaf kalau gak sebagus yg lain. :D