"Zal, kamu mau kemana?" tanya Dina saat melihat Rizal, kekasihnya,hendak pergi.
Namun
Rizal tak menjawab. Kini fikiran Dina tertuju pada sebuah tas
berukuransedang yang dibawa Rizal. "Jangan bilang kalau kamu mau balapan
liar?"tebak Dina sambil menghalangi langkah Rizal.
"Kalau iya,
emang kenapa? Udah deh, gak usah ngatur-ngatur gue. Baru jugajadi pacar
udah berani ngelarang gue. Gimana kalau udah jadi istri? Hah?"
"Bukan gitu. Balapan liar itu bahaya. Kalau tiba-tiba ada polisi lewatgimana? Atau kamu jatuh gimana?"
"Oh,
jadi loe ngedoain gue supaya ditangkap polisi atau jatuh trus
masukrumah sakit dan gak selamat. Gitu?" gertak Rizal sambil mencengkram
keduapipi Dina dengan telapak tangannya. "Terus loe bisa balik sama
Bisma?Sorry ya, gue nggak akan biarin hal itu terjadi. Karena, gue
ngrebut loe dariBisma aja susah. Jadi, loe gak akan gue biarin dengan
mudahnya kembali samaBisma. Ngerti nggak?" lanjutnya. Dina mengangguk
dan memejamkan matanya.
"Satu lagi, gue nggak suka diatur
ataupun di larang. Ini kehidupan gue!Ngerti nggak?" ucap Rizal, kemudian
bergegas meninggalkan Dina.
"Kamu bilang cinta, tapi selalu
nyiksa. Aku capek, Zal. Aku udah cobarelain Bisma. Tapi ini yang aku
dapat. Hiks... Tuhan, tolong aku!" batinDina.
Mungkin masih pada bingung, kenapa Rizal kasar dengan Dina?
Jadi,
Rizal ini sangat mencintai Dina. Tapi sayangnya, Dina lebih
mencintaiBisma, sepupu nya sendiri. Suatu ketika, Rizal meminta adu
balap dengan Bisma.Taruhannya adalah Dina. Dina merasa dijebak, karena
waktu itu ban mobil yangBisma kendarai meletus saat balapan. Alhasil,
Bisma pun kalah.
Berselang setelah kejadian itu, Rizal menyekap
Dina dirumahnya. Dengan alasankepada orang tuanya, bahwa Dina adalah
temannya yang ingin menginap dirumahnya.
Orang tua Rizal memang
sangat sibuk. Sering keluar kota. Jadi, tidak ada yangtau tentang
kebiasaan Rizal yang suka balap liar. Sedangkan orang tua Dinasedang
berada di Bandung.
_o0o_
Back to story...
Pagi ini Dina telah selesai menyiapkan makan pagi untuk Rizal. Tak ada pembantudirumah itu, jika orang tua Rizal diluar negeri.
Ceklek..
Dina
membuka pintu kamar Rizal. Tetapi tak dilihatnya batang hidung
Rizal."Apa Rizal nggak pulang ya? Terus dia tidur di mana?" batin Dina
bertanya-tanya.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah Rizal. Dengan segera, Dina membuka nya.Mungkin saja itu adalah Rizal.
"Loh, Bis, Rizal kenapa?" tanya Dina saat melihat beberapa orangmenggotong Rizal, termasuk Bisma.
"Mending
kamu buka pintunya lebar-lebar dulu deh Dii, ntar akujelasin". Dina
mengangguk lalu membuka kedua pintu yang tadinya baruterbuka satu pintu.
Lalu orang-orang tersebut membawa Rizal, masuk danmembaringkannya di
sofa.
"Dii, Rizal udah nggak ada." ucap Bisma setelah meletakkan tubuhRizal. Dina membolakan matanya. "Maksud kamu?"
"Tadi
malam, Rizal balapan dengan kecepatan tinggi. Gak tau kenapa,tiba-tiba
mobil yang dia kendarai nabrak pohon. Sebenarnya gak ada yang tau,karena
lokasinya jauh dari start dan belum mendekati finish. Sampai
akhirnyalawannya menang. Semua menunggu kehadiran Rizal, tapi sampai
satu jam belumjuga muncul. Kita semua cari dia, dan kita nemuin udah
dalam keadaan kayakgini. Mungkin kalau bisa lebih cepat nyarinya, Rizal
masih bisa tertolong"
"Hiks.. Hiks.." Dina hanya mampu terisak. Walaupun dia tidakmencintai Rizal. Tapi bukan ini yang dia mau.
Rumah
Rizal kini menjadi ramai. Banyak orang kesana kemari. Begitu juga
denganDina dan Bisma. Tidak ada yang mengabari orang tua Rizal. Karena
mereka sedangbertugas di Maluku. Cukup jauh dari Jakarta.
SKIP
"Hiks..
Zal. Aku emang nggak cinta sama kamu. Aku emang pengen balik samaBisma
lagi. Tapi bukan gini caranya." batin Dina sambil menaburkan bungadi
atas makam Rizal.
"Udah kan? Sekarang kita pulang yuk?" ajak Bisma sambil merangkulpundak Dina.
Plakkk...
Tiba-tiba datang seorang ibu paruh baya dan langsung menampar
Dina.Untung saja ada Bisma dibelakangnya, jadi Dina tidak terjatuh.
"Dasar
perempuan pembawa sial. Sekarang saya sudah tau yang sebenarnya.Kamu
kan yang menyuruh anak saya agar mengikuti balap liar. Cuma karna
uangtaruhan yang jumlahnya jutaan" amuk ibu paruh baya tersebut yang
ternyataadalah ibunda Rizal.
"Tenang, Ma. Jangan gegabah! Belum tentu kabar yang kita dapat itubenar" lerai sang suami.
"Hiks..
Itu semua bohong tante. Dina nggak pernah nyuruh Rizal ngikutinbalap
liar. Hiks.. Dina justru ngelarang dia. Tapi Rizalnya tetep kekeuh
tante.Hiks.."
"Bohong! Mana ada orang bersalah mau ngaku. Sekarang kamu pergi darihadapan saya. PERGI!"
Dina tak mampu berkata apa-apa lagi. Ia hanya menangis sambil memegangi pipinyayang memerah akibat tamparan tadi.
"Tunggu
apa lagi? Pergi!!!". Bisma memandang Dina sambil menganggukuntuk
mengisyaratkan ingin mengajak pergi Dina dari tempat itu.
Bisma
mengajak Dina kedalam mobilnya. Disana ia memberisebotol air mineral
kepada Dina. "Kamu yang sabar ya? Aku yakin kamu nggakseperti yang
mereka omongin. Aku bakal bantuin kamu buat buktiin kalau Rizalpergi
karna kesalahannya sendiri" ucap Bisma selembut mungkin sambilmengusap
kepala Dina.
Setelah dirasa cukup tenang. Bisma mengantarkan Dina pulang kerumahnya yangsebenarnya.
¤ ¤ ¤
Bisma
tak langsung pulang kerumahnya. Melainkan ketempat yang tadi malam
digunakan Rizal untuk balap liar. Bisma memakai jaket dan kacamata
hitamnya.Entah kenapa, hatinya menuntun Bisma agar ketempat tersebut.
"Haha..
Ternyata nyingkirin musuh bos itu nggak sulit juga. Dan nggakperlu
susah-susah menghilangkan jejak karna ternyata orang-orang
didekatnyajuga bermasalah"
"Bener banget. Siapa suruh main-main sama gue."
"Tapi apa nggak keterlaluan bos? Kayaknya perempuan yang kita fitnah itunggak tau apa-apa tentang masalah ini deh"
"Udahlah.
Ngapain loe mikirin dia? Yang penting kan kita selamat. Nggakada yang
bakal tau kalau yang nyelakain Rizal itu kita. Haha.."
Klik.. "Siapa bilang nggak ada yang tau?" tanya Bisma lalu membukakacamata hitamnya.
"Beraninya
keroyokan. Setelah berbuat, nggak berani bertanggung jawab.Pecundang
yang pengecut" kata Bisma sinis sambil memasukkan kedua telapaktangannya
di saku jaketnya.
"Apa loe bilang? Mau berurusan sama gue juga loe? Atau mau bernasib samaseperti Rizal? Hah.."
"Selow aja. Gue nggak cari ribut. Ribut aja nggak nyari gue. Ck~
Gue cuma mau kalian ngaku ke orang tuanya Rizal kalau penyebab pergi nya Rizalitu kalian. Atau gue laporin kalian ke polisi"
"Dia belum tau kita bos. Udah hajar aja.."
Kedua
pemuda itu langsung menyerang Bisma. Tentu saja, Bisma tidak diam.
Iajuga ikut melawan permainan yang kedua orang itu berikan. Bugh..
Sekali tonjok,pemuda itu langsung pingsan. Karena Bisma menonjok tepat
di titik saraftertentu.
Tinggal satu lawan. Bisma memutar tangan
lawannya ke belakang. Membuat pemudaitu meringis kesakitan. "Masih mau
main-main sama gue?" tanya Bismageram.
"Aduh.. Duh.. Ampun..."
"Sekarang
loe ikut gue dan ngaku atau gue patahin lengan loe. Setelah itugue
masukin loe kepenjara dengan bukti rekaman suara loe dan bos loetadi?"
tanya Bisma sambil memperlihatkan hasil rekaman yang sebelumnya iarekam
di ponselnya. Cukup cerdik bukan.
"Iya gue bakal ngaku. Tapi loe lepasin dulu gue."
"Gue
nggak akan lepasin loe sebelum loe tepatin ucapan loe. Ikutgue!!".
Bisma menarik pemuda itu ke mobilnya lalu membawanya ke rumahRizal.
"Loe mau ninggalin bos gue disitu? Sedangkan dia dalam keadaan pingsan.Dimana otak loe!!"
"Diam
atau gue tonjok loe biar bernasib sama seperti bos loe itu. Kalianjuga
nggak punya otak kan? Dimana otak loe saat mau nyelakain sepupu
gue?Dimana otak loe saat mau memfitnah perempuan yang gue sayangi? Nggak
ada. Jadi,MENDING LOE DIAM. NGERTI !!!"
¤ ¤ ¤
Tok.. Tok.. Tok..
Bisma mengetuk pintu rumah Rizal. Tak lama ibunda Rizal keluar dengan matasembabnya. "Ada apa Bisma?" tanya nya.
Bisma
tidak menjawab. Dia melirik orang disampingnya. Dan
menginsyaratkandengan gerakan mata agar orang itu segera berbicara yang
sebenarnya dengankeluarga Rizal. Akhirnya dengan gertakan Bisma, orang
itu menceritakan yangsebenarnya. Ibunda Rizal hanya membungkam mulutnya.
Air matanya kembalimengalir.
Tanpa disadari mereka ternyata
sedari tadi ada beberapa polisi dibelakangmereka (read: Bisma dan orang
itu). Awalnya mereka hanya ingin bertanya tentangorang yang baru saja
mereka temukan setelah menyisir tempat kejadian. Tetapiternyata, tak
perlu mereka bertanya, semua jawaban sudah mereka peroleh.Langsung saja,
polisi itu memborgol orang yang mereka temukan dan orang yangmengaku
tadi.
"Ehh.. Apa-apaan ini?" kaget orang itu. Betapa tambah
kagetnya orangitu ketika melihat orang dibelakangnya adalah polisi.
Selain itu dia jugamendapat tatapan tajam dari bos-nya yang juga
tertangkap.
"Bawa mereka, Pak. Mereka orang jahat. Hiks..." kata ibunda Rizal.
"Baik,
Bu. Kami permisi". Beberapa polisi tersebut lalu meninggalkanrumah itu.
Ibunda Rizal hanya menangis mendapati kenyataan yang sebenarnya.Melihat
hal itu, Bisma mendekati ibunda Rizal yang juga tantenya,
lalumemeluknya.
"Udah ya, tante jangan nangis lagi."
"Gimana
tante nggak nangis, Bisma. Tadi tante menuduh Dina yangbukan-bukan.
Padahal Dina anak baik. Tante bingung, tante ingin minta maaf samaDina,
tapi kondisi rumah sedang seperti ini"
Bisma melepaskan
pelukannya dan tersenyum sambil memegang kedua bahu tantenya."Tenang!
Kan ada Bisma. Bisma yang akan bilangin ke Dina"
"Benar ya? Sekarang mending kamu ke rumah Dina."
"Yaudah, Bisma ke rumah Dina dulu. Bisma pamit. Assalamu'alaikum.."pamit Bisma lalu mencium punggung tangan tantenya.
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati, Bis..". Bisma mengangguk dan langsungberlari menuju mobilnya.
Tak
perlu waktu yang lama. Kini Bisma sudah sampai dirumah Dina. Masih
terlihatsepi? Pikir Bisma. Bisma memutuskan langsung ke kamar Dina.
Terlihat Bik Minahtengah mengetuk pintu kamar Dina sambil memanggil nama
Dina. "KenapaBik?" tanya Bisma saat sudah sampai di samping Bik Minah.
"Ini
Den, tadi waktu non Dina pulang, dia nangis sambil lari-lari
kemudianmasuk kamar. Bibi khawatir kalau terjadi apa-apa sama non Dina.
Nyonya sudahmemberi amanat buat jaga non Dina."
"Bibi tenang
aja. Dina nggak kenapa-kenapa kok. Biar Bisma yang cobatanyain Dina.
Mendingan Bibi siapin makanan buat Dina, karna dari tadi pagi diabelum
sarapan"
Bik Minah hanya mengangguk. "Baik den. Kalau begitu bibi pamit ke dapur"
Bisma
mengangguk sambil tersenyum. Setelah Bik Minah pergi ke dapur,
Bismasegera memutar handle pintu kamar Dina. Dilihatnya Dina yang duduk
diatas kasursambil memeluk lututnya. Air matanya tak lagi menetes,
tetapi isak tangisanmasih terdengar.
Bisma menghampiri Dina dan duduk di depannya sambil membenarkan poni Dina."Kenapa? Hmm.."
Tak
ada jawaban dari Dina. Dina menatap Bisma. Entah mengapa air mata itu
jatuhkembali. Kemudian Dina berhambur memeluk Bisma. Untung saja Bisma
dapat menahantubuhnya, kalau tidak mungkin ia sudah terjengkang ke
belakang karna kaget saatDina tiba-tiba memeluknya.
Bisma memahami perasaan Dina saat ini. Dibiarkannya gadis itu mendekapnya erat.Seolah-olah tak membolehkan Bisma pergi darinya.
Setelah
cukup lama berpelukan. Dina kembali keposisinya semula. Kedua
tangannyasibuk mengelap sisa-sisa air matanya. "Maaf ya, baju kamu jadi
basah"
"Gpp. Udah enakan belum?". Dina mengangguk pelan. "Ungkapinsemua yang ada dihati kamu sama aku. Kenapa nangis?" lanjutnya.
Dina
menarik nafas panjang. "Sebenarnya aku seneng bisa terlepas dariRizal.
Bisa bebas kayak dulu lagi. Bisa ketemu kamu. Tapi bukan kayak gini
yangaku mau.." Dina menghentikan sejenak ucapannya untuk menahan agar
airmatanya tidak mengalir lagi.
Cukup lama Dina terdiam. Bisma
menggenggam kedua tangan Dina. "Nangis ajakalau emang air mata nggak mau
di ajak kompromi. Tapi janji sama aku, kalausetelah aku bicara sesuatu
nanti, kamu nggak boleh nangis lagi"
Dan, benar saja. Air mata
Dina kembali mengalir. "Hiks... Aku nggak maudifitnah Bisma.. Hiks..
Mereka nggak tau sebenarnya. Hiks.. Hiks.."
"Malam itu aku udah larang, hiks.. tapi dia yang nggak mau dengerin ucapanaku.."
"Iya.
Aku tau kok kamu udah berusaha larang tapi emang dasar dia-nya aja
yangnggak mau dilarang. Tau nggak? Tante Eva (ibunda Rizal) udah maafin
kamu."
Dina menatap Bisma dengan pandangan seolah-olah tidak percaya. "Janganbohong cuma karna pengen buat hati aku seneng, Bis"
"Siapa
yang bohong? Aku bilang faktanya kok. Tadi sehabis pulang
nganterinkamu, aku sengaja ke tempat buat balapan. Dan kamu tau? Disana
aku dapat buktisekaligus dalang yang sebenarnya.
Terus aku bawa aja ke rumah Tante Eva biar ngakuin kesalahannya. Dan ternyatadisana ada segerombolan polisi juga."
"Ini serius kan?"
"Emang muka aku tampang pembohong ya? Atau perlu aku cium dulu biarpercaya.."
"Nggak!!" sergah Dina. "Aku percaya. Jadi nggak perlu cium"
"Mudah banget percaya, jangan percaya dong! Aku cium dulu, baru percayagitu.."
"Dasar,
Modus!!" Dina melempar bantar kecil ke muka Bisma. Kemudiandia
menyilangkan kakinya. "Tapi, makasih ya, Bis? Udah bantuin aku
buatbuktiin yang sebenarnya. Padahal aku nggak minta loh."
"Ama-ama Ninot~
Hadiahnya mana?"
"Hadiah apa?"
"Apa kek gitu, cium mungkin. Atau peluk. Atau apa gitu"
"Ohh.. Jadi ceritanya nggak ikhlas? A..." belum sempat Dinameneruskan ucapannya, Bisma sudah terlebih dahulu memotongnya.
"Kang anen"
"Ish~ aku bukan mau ngomong itu.. Aku mau ngomong kalau aku kan nggaknyuruh kamu.. Kok jadi Akang anen"
"Aku juga kangen. Haha.. Iya iya. Akang bantuinnya ikhlas kok. Kan buatNeng geulis, apa sih yang nggak?"
"He? Sekarang kenapa jadi Akang-Neng?"
"Kan biar lebih romantis gitu. Tapi bukan rokok makan gratis. Kalau kataakang biar lebih mswehmsweh.."
"Haha.. Ini mah udah hasmwehmweh~"
Bisma
memperhatikan Dina yang sedang tertawa. Kemudian dia kembali
memegangkedua tangan Dina. "Neng, percaya nggak kalau tulang rusuk itu
nggak akanpernah tertukar. Cuma kadang sering dislokasi?"
Dina
mengangguk. "Kayak kita sekarang. Mungkin kemarin kamu udah mulaijatuh
cinta sama Rizal. Tapi aku yakin kamu masih menyimpan nama aku
dihatikamu yang terdalam. Lima tahun berteman itu waktu yang lama. Aku
yakinseyakin-yakinnya kalau kamu sulit lupain aku." lanjut Bisma sambil
menatapteduh mata Dina.
"PeDe" jawab Dina sedikit bercanda.
"Akang serius Neng. Karna Akang juga ngerasain itu."
"Iya,
iya. Neng juga masih sayang sama Akang. Bahkan masih cinta.
Walaupunkemarin hampir jatuh cinta sama Rizal, tapi nyatanya Neng nggak
bisa buangperasaan Neng buat Akang. Udah ahh.. Jangan mellow-mellow
lagi, katanya nggakboleh nangis lagi?"
Bisma tersenyum memamerkan giginya. Lalu kedua tangannya terulur untuk memelukDina.
"Maaf. Jadi sekarang kita balikan?" tanya Bisma.
"Maunya gimana?" tanya balik yang masih dalam dekapan Bisma.
"Hmm.. Maunya pacaran lagi terus nikah, punya anak kembar deh.."
Dina memukul pelan dada Bisma. "Nggak kejauhan kang?.. Mending jalanin ajadulu."
"Nggak dong. Haha..
Makasih Neng, udah mau nerima Akang lagi."
"Sama-sama."
Spontan Bisma mencium kening Bisma. "Sekarang makan yuk? Dari pagi belumsarapan kan?"
Dina mengangguk. "Tapi nanti beliin I-phone yak? Haha" goda Dinadengan nada manja. Sebenarnya hanya bercanda.
"Iya.
Nanti dibeliin setoko-tokonya.." Balas Bisma yang menganggapucapan Dina
beneran. Kemudian Bisma menarik tangan Dina untuk menuju ruangmakan.
Disepanjang perjalanan, tangan Bisma tak pernah terlepas dari
Dina.Bahkan terkadang merangkul Dina.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar